Minggu, 28 Agustus 2011

tugas psikologi artikel para psikolog


NAMA    : MUHAMMAD MIRZA YULIANTO                                                                                                       Psikologi Pendidikan
NIM        : 202109355
KELAS   : G

MASLOW ( ABRAHAM HAROLD MASLOW )
Abraham Maslow (1943-1970) menjelaskan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan dalam bentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
1.      Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
2.      Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
3.      Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
4.      Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
5.      Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.[1]
Teorinya yang paling terkenal adalah Maslow,s theory of human motivation (teori Maslow mengenai motivasi manusia).
Dalam teori ini, Maslow menolak aliran behaviorisme dan psikoanalisis Amerika yang dominan, yang menyajikan satu konsep yang terlalu sempit mengenai manusia, dan memperjuangkan satu kekuatan ketiga dalam psikologi yaitu psikologi humanisme yang kadang disebut juga mashab ketiga.Konsep Maslow mengenai humanisme berhubungan erat dengan motif-motif manusiawi yang lebih tinggi yaitu kebutuhan untuk realisasi diri, kebutuhan untuk bisa mengetahui dan memahami serta kebutuhan estetis.
Semua kebutuhan yang akan kita singgung satu persatu itu, muncul dari satu pemahaman dan keyakinan yang kuat dari Maslow tentang hakikat manusia. Ia mempunyai keyakinan bahwa manusia pada dasarnya baik, dan punya kreativitas tinggi, sedangkan kehilangan kreativitas dan kejahatan yang ada pada manusia merupakan pengaruh lingkungan yang buruk. Karena itu, ia menganjurkan supaya manusia dipelajari secara keseluruhan dan integral, atau secara holistik. Semua hal yang dipikirkan Maslow, dicirikan secara khas oleh kebutuhan yang berlimpah-limpah sebagai kontras dengan kebutuhan defisiensi, yang muncul dari motif fisiologis dan perasaan ketidaksamaan, rasa ketidakpastiaan, dan rasa keterasingan.[2]

PIAGET ( JEAN PIAGET )
Teorinya tentang perkembangan kognisi anak dikenal dengan nama Piaget,s theory of cognitive development (Teori Kognitif Psikologi Perkembangan ). Teori ini dibangun atas dasar empat tingkatan fundamental dan selama masa ini anak memperoleh kemampuan berpikir dengan cara-cara yang semakin kompleks. Yang menjadi unsur asasi bagi tingkatan perkembangan tadi ialah proses-proses tertentu yang membentuk matriks atau acuan perubahan kognitif dan pertumbuhan. Yang pertama dari proses tersebut ialah asimilasi atau proses dengan mana otak menyesuaikan diri deengan objek yang diasimilasikan. Bagan merupakan struktur kognitif yang membentuk satu kerangka yang tumbuh dan berubah lewat asimilasi dan akomodasi. Yang terakhir, ekuilibrasi menyangkut proses-proses, dengan mana skema tadi berubah dari satu tingkatan ke tingkatan yang lainnya.[3]
Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980), mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi,Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
1.      Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2.      Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.
3.      Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
4.      Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.[4]
PAVLOV ( IVAN PETROVICH PAVLOV )
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga kini. Ia tidak pernah memiliki hambatan serius dalam sepanjang kariernya meskipun terjadi kekacauan dalam revolusi rusia.
Pavlov lahir di kota kecil di Rusia tengah, anak seorang pendeta ortodoks pedesaan.
Pada awalnya ia berniat mengikuti jejak ayahnya, namun mengurungkan dan pergi ke universitas di St. Petersburg untuk mengajar pada tahun 1870. Dari sinilah karir seorang pavlov mulai berjalan hingga ia memimpin institut Fisiologi Pavlovian di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku (respons). Dalam hal ini, eksperimen yang dilakukan oleh pavlov menggunakan anjing sebagai subyek penelitian.
pavlov_eksperimen_anjing
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:
Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau mengeluarkan air liur.
Gambar ketiga. Sehingga dalam eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan (UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingga anjing akan mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
Gambar keempat. Setelah perlakukan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).
Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun ketika mendengar bunyi bel.
Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini disebut dengan extinction  atau penghapusan.
Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan penghapusan sebagai berikut:
1.      Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2.      Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3.      Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4.      Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan makanan.
Menilik psikologi behavioristik menggunakan suatu pendekatan ekperimental, refleksiologis objektif pavlov tetap merupakan model yang luar biasa dan tidak tertandingi.
Bila dicontohkan dalam kehidupan nyata teori pavlov ini bisa diterapkan. Sebagai contoh untuk menambah kelekatan dengan pasangan, Jika anda mempunyai pasangan yang “sangat suka (UCR)” dengan coklat (UCS). Disetiap anda bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan coklat pemberian anda.
Berdasarkan teori, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang,  selanjutnya cukup dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti ekperimen yang telah dilakukan oleh pavlov.[5]

SKINNER ( BURRHUS FREDERIC SKINNER )

Teori Belajar Burrhus Frederic Skinner

A.    Bentuk Teori Skinner
Burrhus Frederic Skinner (104-1990) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan (exercise).
Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain dengan penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi imbalan pada perilaku yang tidak tepat.
Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.
Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping.
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati, Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan (reinforcement). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulu-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif. Penguatan positif sebagai stimulus, dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu sedangkan penguatan negatif dapat mengakibatkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Beberapa prinsip belajar Skinner antara lain:
§  Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
§  Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
§  Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
§  Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
§  Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
§  Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
§  Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
B.     Aplikasi Teori Skinner Terhadap Pembelajaran
§  Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
§  Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar diperkuat.
§  Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
§  Materi pelajaran digunakan sistem modul.
§  Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
§  Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
§  Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
§  Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak menghukum.
§  Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
§  Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
§  Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
§  Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
§  Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
§  Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
§  Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.
C.     Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner
1)      Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2)      Kekurangan
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya.
Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran.
Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau olahraga.[6]

FROMM ( ERICH FROMM )
Fromm melihat kepribadian hanya sebagai suatu produk kebudayaan. Karena itu dia percaya bahwa kesehatan jiwa harus di definisikan menurut bagaimana baiknya masyarakat menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan dasar semua individu, bukan menurut bagaimana baiknya individu-individu menyesuaikan diri dengan masyarakat. Karena itu kesehatan psikologis tidak begitu banyak merupakan usaha masyarakat. Faktor kunci ialah bagaimana suatu masyarakat memuaskan secukupnya kebutuhan-kebutuhan manusia.
Sebagai hasil perkembangan dari analisis-analisis historisnya, Fromm melukiskan hakikat keadaan manusia sebagai kesepian dan ketidakberartian. Menurut Fromm, kita adalah makhluk yang unik dan kesepian. Sebagai akibat evolusi kita dari binatang-binatang yang lebih rendah, kita tidak lagi bersatu dengan alam, kita telah mengatasi alam. Tidak seperti tingkah laku binatang, tingkah laku kita tidak terikat pada mekanisme-mekanisme instinktif. Akan tetapi perbedaan yang sangat penting antara manusia dan binatang yang lebih rendah terletak pada kemampuan kita akan kesadaran diri, pikiran, dan khayal. Kita mengetahui bahwa kita akhirnya tidak berdaya, kita akan mati, dan terpisah dari alam.
Terdapat kebebasan kepribadian yang lebih besar dalam interaksi-interaksi dengan orang-orang lain, dan peranan-peranan sosial lebih fleksibel.
Orang lebih mampu memilih kehidupan pribadi. Tentu saja, kita mencapai perasaan bebas yang lebih besar dengan mengorbankan ikatan-ikatan yang telah memberikan perasaan aman dan perasaan memiliki. Akibatnya, ciri kondisi manusia ialah perasaan isolasi dan alienasi, tidak hanya dari alam tetapi juga dari masyarakat dan sesama kita manusia. Kita bebas dari perbudakan dan tata tertib sosial yang kaku, tetapi karena kita semakin tidak aman, maka kita tidak bebas mengembangkan potensi-potensi kita yang penuh, hakikat yang penuh dari diri kita.
Ada lima kebutuhan spesifik yang berasal dari kondisi eksistensi manusia, yakni:
·         Kebutuhan akan keterhubungan.
Manusia harus menciptakan hubungan-hubungan mereka sendiri, yang paling memberikan kepuasan adalah ubungan-hubungan yang didasarkan cinta produktif. Cinta produktif selalu mengandung perhatian, tanggung jawab, respek, dan pemahaman timbal balik.
·         Kebutuhan akan transendensi.
Dorongan transendensi adalah kebutuhan orang untuk mengatasi kodrat binatangnya, untuk menjadi orang yang kreatif dan bukan hanya menjadi makhluk belaka. Fromm menunjukkan bahwa cinta dan benci bukan dorongan yang berlawanan; kedua dorongan itu merupakan jawaban terhadap kebutuhan orang untuk mengatasi kodrat binatangnya.
·         Kebutuhan akan keterberakaran.
Manusia mendambakan akar-akar alamiah; mereka ingin menjadi bagian integral dunia, merasakan bahwa mereka memilikinya.
·         Kebutuhan akan identitas.
Setiap orang ingin memiliki suatu perasaan identitas pribadi, menjadi seorang individu yang unik. Apabila orang tidak bisa mencapai tujuan ini melalui usaha kreatifnya sendiri, ia bisa mendapatkan ciri tertentu dengan mengidentifikasikan diri dengan orang atau kelompok lain.
·         Kebutuhan akan kerangka orientasi.
·         Manusia perlu memiliki suatu kerangka acuan, yakni suatu cara yang stabil dan konsisten dalam memandang dan memahami dunia.
Contoh Perilaku :
Fakta yang menjadi problem manusia di Eropa dan Amerika, yaitu tingginya angka bunuh diri di kalangan lansia di negara yang berjaya di bidang ekonomi.
Meski mereka hidup di panti werdha yang memadai bersama dengan orang orang seusia mereka serta mendapatkan jaminan sosial, namun mereka  banyak yang memutuskan untk bunuh diri, Kebutuhan utama manusia yaitu menyembah Tuhan Ynag Maha Esa,apalagi pada usia-usia lanjut. Pada saat itu belum terpenuhi pada peradaban barat.
Problem kejiwaan tersebut juga banyak terjadi pada seluruh muka dunia,termasuk indonesia. Stress, depresi dan berbagai penyakit psikologis.
Menurut  Fromm adalah  pribadi yang produktif yaitu pribadi yang dapat menggunakan secara penuh potensi dirinya. Kepribadian yang sehat menurut Fromm ditandai beberapa hal antara lain pola hubungan yang sehat (konstruktif), bukan atas dasar ketergantungan ataupun kekuasaan dalam hubungan dengan orang lain, kelompok, dan Tuhan. Transendensi (kebutuhan untuk melebihi peran-peran pasif, melampaui perasaan tercipta menjadi pencipta yang aktif-kreatif). Perasaan berakar yang diperoleh melalui persaudaraan dengan sesama umat manusia, perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan identitas sebagai individu yang unik. Memiliki kerangka orientasi (frame of reference) yang mendasari interpretasinya yang objektif terhadap berbagai peristiwa. Individu menurut Fromm adalah pribadi yang teralienasi. Ia adalah orang asing bagi dirinya sendiri, sama seperti sesamanya menjadi asing baginya. Ia mengalami orang lain dari dirinya sendiri tidak sebagaimana adanya, tetapi terdirtorsi lantaran kekuatan-kekuatan bawah sadar yang bekerja di dalam dirinya.[7]



[2] Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia, ( Jakarta: PT. Gramedia Widiarasana Indonesia, 2004 ) Hal: 275-282
[3] Ladislaus Naisaban, Para Psikolog Terkemuka Dunia, ( Jakarta: PT. Gramedia Widiarasana Indonesia, 2004 ) Hal: 322-327
[4] Santrok, John W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga dan http://www.psikologizone.com/teori-kognitif-psikologi-perkembangan-jean-piaget
[5] Brennan, James F. 2006. Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada dan http://www.psikologizone.com/teori-ivan-petrovich-pavlov-stimulus-respons
[6] http://t-goeh.blogspot.com/2008/03/teori-belajar-menurut-bf-skinner.html
[7] http://kedaibunga.wordpress.com/2010/04/25/teori-erich-fromm/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar